Sudah sebagai norma bagi orang Tionghoa buat menyelenggarakan resepsi pernikahan pada suatu restoran atau loka pertemuan. Gedung “Rumah Kawin” adalah sebutan buat loka penyelenggaraan pernikahan bagi keturunan Cina Benteng. Kenapa disebut “Rumah Kawin”? lantaran memang loka tadi mempunyai bangunan misalnya tempat tinggal , lengkap menggunakan ruang tamu, kamar, kamar mandi & dapur, dan spesifik buat loka penyelenggaraan pesta pernikahan saja. Pesta pernikahan itu sendiri umumnya berlangsung lebih berdasarkan sehari sang karenanya disediakan kamar buat pengantin & famili pengantin menginap.
Didaerah Tangerang poly bisa ditemui “Rumah Kawin”, keliru satunya merupakan Rumah Kawin “9 Saudara”, yg berlokasi pada Dadap, Tangerang. Untuk mencapai tempat tinggal kawin tadi, tamu yg nir mempunyai tunggangan wajib memakai jasa angkutan ojek. Jika memakai angkutan generik, relatif susah lantaran wajib jalan kaki masuk kedalam gangnya. Rumah Kawin tadi letaknya relatif jauh berdasarkan pemukiman yg ramai. Tidak terdapat angkutan generik yg eksklusif berhenti didepannya.
Rumah Kawin tadi terdiri berdasarkan beberapa ruangan, yaitu ruang primer, loka pelaminan & undangan, ruang mini loka berganti sandang yg dilengkapi loka tidur buat famili yg wajib menginap, lantaran pesta pernikahan diselenggarakan lebih berdasarkan sehari. Selain itu masih ada meja sembahyang lengkap menggunakan kudapan manis & buah, yg membatasi antara ruang primer & ruang belakang. Ruang belakang ditempati para sanak famili yg bermain judi ceki & mengobrol, lalu dapur. Dapur dilengkapi ruang buat beristirahat para tukang masak & loka mencuci. Makanan dimasak menggunakan kayu bakar. Kayu bakar terlihat menumpuk disebelah pintu samping tempat tinggal kawin.
Sebelum memasuki dapur, diatas pintu masuk dapur masih ada altar sembahyang Dewa dapur. Rumah kawin tadi milik orang Tionghoa pula. Didalam tempat tinggal kawin pula masih ada warung dimana umumnya bisa menyediakan minuman beralkohol atau anggur buat minuman dalam saat pesta pernikahan.
Hal yg biasa ditemukan pada tempat tinggal kawin terdapat 2 meja panjang buat kuliner. Meja akbar tadi, yg satu berisi kuliner Indonesia atau kuliner halal & satu lagi kuliner Tionghoa atau kuliner non halal. Sebetulnya penyebutan yg keliru kaprah, lantaran nir seluruh orang Tionghoa berarti non Islam
Sampai waktu ini, meskipun orang Tionghoa kebanyakan melakukan resepsi pernikahan pada restoran, tetapi tempat tinggal kawin masih dipakai sang etnik Tionghoa, terutama warga Cina Benteng. Meskipun nir poly waktu ini yg memakai tempat tinggal kawin buat resepsi & upacara istinorma pernikahan Tionghoa.
Comments
Post a Comment