Bubur Ayam Barito

GENDUTMAKANTERUS, JAKARTA -- Pencinta bubur ayam, khususnya yang ada di Ibu Kota, tentunya kenal kembali dengan Bubur Ayam Barito. Berada di Jalan Gandaria Sedang III, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, bubur Barito tidak pernah sepi dari pengunjung.

sumber gambar Kompas

Warung yang bersatu secara beragam jenis penjual itu, seakan jadi yang terlaku antara semua. Tempat duduk yang terbatas membuat konsumen tumpah isi tempat duduk warung lain.|

Pemilik warung Bubur Ayam Barito, Agus Sukarmin, menjelaskan minimal 1.000 mangkok bubur secara berbagai macam ada setiap hari. Untuk mempersiapkan jatah sekitar itu, dia memerlukan tiga riasg bubur ukuran jumbo
Sebagai pendamping, Agus mempersiapkan 100 ekor ayam yang sudah diiris kecil dan 400 butir telur ayam. Bagaimana hasil racikan Agus?

Pelanggan bisa nikmati bubur ayam dipadukan gurihnya cistik dengan tebaran bawang, seledri, dan asinnya rasa tong cai pada harga 18 ribu rupiah. Bubur barito tidak dihidangkan kaldu yang berlimpah. Buburnya tetapi ditanak sampai jadi kering dan terlihat tidak mempunyai kaldu.

Untuk nikmati bubur lengkap, plus tambahan kuning telur ayam daerah, pelanggan perlu mengambil kocok 22 ribu rupiah. Untuk pelanggan yang pesan bubur lengkap, kuning telur ayam daerah yang telah dipisah putih telur dan secara langsung dicemplungkan ke mangkok yang telah berisi bubur panas. Telur ayam juga masak tanpa lewat proses perebusan.
Dalam satu hari, Agus dapat capai omzet Rp 19 juta sampai Rp 21 juta. Untuk memperlancar dagangannya, pria kelahiran Solo, Jawa tengah itu mengaryakan 15 orang pegawai.

Agus bercerita, pada awalnya, dia lakukan eksperimen secara beragam jenis macam bubur. Eksperimen yang berhasil sukses menarik hasrat pelanggan ternyata gabungan bubur bertabur cistik, emping, bawang, dan seledri.
"Awalnya pada 1992, saat itu coba bubur gunakan cistik, emping. Alhamdulillah cocoknya gunakan cistik. Empingnya diplastikin," katanya saat dijumpai

Agus menerangkan ketidaksamaan bubur ayam kepunyaannya dengan bubur lainnya berada dalam proses pemrosesan. Bubur Ayam Barito dijaga supaya masih tetap panas lewat 2x proses penanakan.
Pertama, Agus mengeduk beras dalam riasg sepanjang nyaris dua jam sampai tanak. Kemudian, bubur dibawa ke tempatnya jualan.

"Terus dibawa kesini dan dipanasin kembali," kata pria kelahiran 1969 itu.
<

Tidak membuka cabang

Walaupun sudah sukses saat memulai usaha bubur ayam, Agus masih tetap layani beberapa pelanggan dengan tangannya sendiri. Hal tersebut, membuat rasa tetap sama dari hari ke hari.
Agus memperjelas, Bubur Ayam Barito tidak buka cabang di tempat lain. Itu maknanya, bila pelanggan menyaksikan Bubur Ayam Barito pada tempat lain, bermakna bukan warung punya Agus.
"Saya menyengaja. Bubur Ayam Barito tidak buka cabang. Seperti pakek nama Barito itu tidak punyai saya. Karena tidak ada cabang ya. Sejak dahulu cuma di sini," jelasnya.
Selainnya hari Selasa pada minggu bulan ke dua dan keempat, pengunjung dapat tiba ke lokasi pada jam 17.00 sampai 00.00 WIB. Untuk dipahami, pada akhir minggu, pengunjung dianjurkan untuk tiba lebih cepat. Karena, Agus akui pada jam 22.00 WIB, 1.000 mangkok yang disiapkan sudah habis terjual.
"Jika akhir minggu dapat habis bisa lebih cepat, masalahnya banyak konsumen yang tiba kesini beramai-ramai," katanya.

Ingin lebih ringkas? Agus merekomendasikan pesan Bubur Ayam Barito melalaui program, baik Go-Food atau Grab-Food. Ketidaksamaan harga, tidak begitu tinggi cuma sekitar tiga ribu rupiah.

Comments