Gendut makan terus.
Sepertinya garis tangan Santo Halim wajib melestarikan produksi memahami yg dirintis leluhurnya pada Tangerang.
Tahu Na Po Tet merupakan memahami spesial Tangerang yg telah terdapat semenjak puluhan tahun kemudian & sebagai keliru satu masakan warisan pada Tangerang.Bagaimana dinamika & senang sedih Santo Halim & keluarganya menjaga & mempertahankan masakan warisan Tangerang ini ?Semoga menginspirasi
Nama Pabrik Tahu Na Po Tet belakangan relatif santer terdengar. Pabrik memahami tertua pada Tangerang Selatan itu rupanya sekarang bertransformasi & berinovasi menggunakan menghadirkan restoran berkonsep alam terbuka pada area lokasi produksi memahami. Inovasi itu ada menjadi respons menurut adanya syarat sulit pada tengah pandemi Covid-19.
Santo Halim, keliru satu pemilik Pabrik Tahu Na Po Tet menuturkan, syarat pandemi Covid-19 sudah menurunkan omset bisnisnya relatif pada, sebagai akibatnya mendorongnya buat melakukan penemuan. Lokasi pabrik yg berada pada Jalan Tekukur, Bakti Jaya, Kecamatan Setu, Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten itu, istilah beliau, awalnya hanya adalah loka produksi, tetapi waktu ini disediakan juga loka makan buat para konsumen atau warga penikmat memahami.
“Kita kan suplai ke pasar swalayan ya. Sebelum pandemi itu terdapat 50 pasar swalayan, kini hanya terdapat 10 pasar swalayan. Dulu 14 pegawai kini tinggal separuhnya. Omset pula turun hingga 50 persen. Untuk mensiasati itu, akhirnya kami membuka resto, jadi pada sini terdapat pabrik memahami & ditambah orang makan pada loka,” ujar Santo waktu ditemui Republika pada lokasi Pabrik Tahu Na Po Tet, Rabu (2/12).
Dengan menghadirkan restoran, sebesar 150 kilogram atau setara menggunakan 3.000 buah memahami diproduksi per harinya pada Pabrik Tahu Na Po Tet. Untuk satu buah memahami mentah dibanderol menggunakan harga Rp 2.000, sebagai akibatnya pada satu hari setidaknya omset mencapai Rp 6 juta. Dalam sebulan menggunakan jumlah hari kerja sebesar 24 hari, omsetnya sanggup mencapai lebih kurang Rp 140 juta.
Omset tadi, istilah Santo sudah menyamai omset dalam waktu sebelum pandemi, sebagai akibatnya inovasinya dievaluasi berhasil. Bahkan waktu ini diketahui pegawainya yg awalnya berkurang waktu awal-awal pandemi, sekarang justru bertambah sebagai 17 orang, pada antaranya tujuh orang bekerja pada pabrik & 10 orang bekerja pada restoran.
Dengan penemuan pengembangan yg dilakukan, Santo menyampaikan permanen terus serius dalam produk menggunakan menjaga kualitas yg secara turun-temurun terus terjaga. Tahu Na Po Tet diketahui diproduksi menggunakan cara tradisional, yakni dimasak menggunakan memakai kayu bakar buat membuat kualitas memahami yg bagus. Di samping itu, beliau pula menjaga syarat lingkungan yg higienis pada area produksi memahami.
Dihadirkannya restoran pada area pabrik memahami tadi ternyata mengundang poly konsumen buat berdatangan. Santo menyulap area bagian belakang pabrik memahami sebagai loka makan, yg lebih seperti misalnya loka wisata.
Bahkan menurut gerbang depan, telah terdapat kesan loka tadi sudah berkembang menjadi sebagai destinasi wisata. Memasuki area restoran terpampang papan bertuliskan ‘Selamat Datang’ lengkap menggunakan foto penggagas pabrik memahami tadi, yakni Na Po Tet.
Bergerak ke sisi pada, pengunjung tersaji menggunakan restoran berkonsep alam terbuka. Tersedia sejumlah gazebo & loka duduk dan meja makan yg terbuat menurut kayu. Suasana alam terbuka makin lengkap menggunakan berdirinya pohon-pohon jati yg menciptakan suasana sebagai lebih rindang & sejuk. Bahkan tersedia juga playground yg sanggup dipakai buat anak-anak bermain misalnya perosotan & ayunan.
Comments
Post a Comment